Friday, December 29, 2017

Makalah Marketing Politik



Makalah Marketing Politik
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah yang maha kuasa yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah yang penulis beri judul ”Marketing Politik”. Negara Indonesia adalah negara demokrasi dimana adanya pemilu dan banyak partai politik adalah ciri dari demokrasi seperti sekarang ini, maka dibutuhkan suatu komunikasi politik yang baik diharapkan dapat membawa perubahan yang signifikan bagi kemajuan bangsa dan negara. Salah satu bagian dari komunikasi politik adalah political marketing dimana pasar ”masyarakat” dijadikan sebagai objek dalam pemasaran politik.
Untuk itu penulis mencoba menulis sebuah konsep political marketing yang mudah-mudahan dapat memberikan manfaat yang bagi para pembaca untuk dapat dianalisis lebih lanjut. Kritik dan saran sangat penulis harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata apabila terdapat kata-kata yang janggal penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Atas perhatian pembaca penulis ucapkan terima kasih.
 
 


BAB I
PENDAHULUAN
1.1.       Latar Belakang
Di era keterbukaan sekarang ini, politik tidak boleh hanya dimenangkan lewat pengerahan massa, tapi juga melalui penggunaan strategi pemasaran yang jelas, Menurut pakar politik Eep Saefulloh Fatah, political Marketing di Indonesia berfungsi agar ada pendekatan antara partai atau kandidat dengan pemilih. “Political marketing berarti partai atau kandidat datang ke publik, melalui media, dan melalui pendekatan dengan tokoh-tokoh atau organisasi tertentu“.
Marketing politik dalam sebuah Pemilihan Umum (Pemilu) memainkan peran yang sangat penting karena merupakan bagian dari aktivitas persuasi dalam pendekatan marketing politik. Kampanye mengemas pesan politik secara intensif dalam kurun waktu tertentu yang dibatasi, guna mendapatkan pengaruh di kalangan khalayak politik. Dengan harapan, khalayak mendukung dan menjatuhkan pilihan pada kandidat yang mengkampanyekan diri tersebut.
1.2.       Perumusan Masalah
Dari uraian latar belakang diatas, dapat dirumuskan pertanyaan penulis sekaligus sebagai perumusan masalah, sebagai berikut:  apa yang dimaksud dengan political marketing?
1.3.       Tujuan
Dengan memahami rumusan masalah, maka penelitian ini bertujuan untuk:
a.         Mengetahui apa yang dimaksud dengan political marketing sesuai dengan kuliah komunikasi politik
b.        Sebagai nilai tambahan pada mata kuliah komunikasi politik

 BAB II
PEMBAHASAN

2.1.       Pengertian Marketing Politik
Nursal (2004: 23) mengatakan bahwa political marketing atau pemasaran politik adalah serangkaian aktivitas terencana, strategis dan juga taktis, berdimensi jangka panjang dan jangka pendek, untuk menyebarkan makna politik kepada para pemilih.
Menurut O' Cass (1996) dalam Firmanzah (2008: 321), filosofi marketing memberikan arahan bagaimana kita bisa menerapkan ilmu marketing dalam dunia politik. Karena pada dasarnya ilmu marketing melihat bahwa kebutuhan konsumen (stakeholder) adalah hal terpenting sehingga perlu diidentifikasi dan dicari bagaimana memenuhi kebutuhan tersebut. Konsep marketing komersial berdasarkan pada premis bahwa semua perencanaan dan operasi perusahaan berorientasi pada pemuasan konsumen(stakeholder). Menurut Firmanzah (2008: 156), marketing politik adalah konsep permanen yang harus dilakukan terus-menerus oleh sebuah partai politik atau kontestan dalam membangun kepercayaan dan image publik.
Sesuai dengan penjelasan di atas maka diketahui bahwa marketing politik bukan dimaksudkan untuk 'menjual' kontestan pada publik, melainkan sebagai teknik untuk memelihara hubungan dengan publik agar tercipta hubungan dua arah yang langgeng.

2.2.       Strategi Marketing Politik
Dalam strategi marketing politik ini ada 5 hal yang perlu diperhatikan yaitu :
1)             Produk (product)
Produk yang ditawarkan institusi politik merupakan sesuatu yang kompleks, dimana pemilih akan menikmatinya setelah sebuah parpol atau pun kandidat terpilih. Arti penting sebuah produk politik tidak hanya ditentukan oleh karakteristik produk itu sendiri. Pemahaman pemilih juga memainkan peranan penting dalam memaknai dan menginterpretasikan sebuah produk politik.
Produk politik dapat dibagi menjadi tiga kategori (Niffeneger, 1998):
·      Party platform (platform partai)
Meliputi konsep, identitas ideologi dan program kerja.
·      Past record
Meliputi catatan tentang hal-hal yang dilakukan di masa lampau berkontribusi dalam pembentukan sebuah produk politik.
·      Personal characteristic (ciri pribadi)
Meliputi pemimpin parpol dalam memberikan citra, simbol dan kredibilitas sebuah produk politik.
2)             Promosi (promotion)
Dalam mempromosikan produk, parpol dapat bekerjasama dengan agen iklan dalam membangun slogan, jargon dan citra yang akan ditampilkan. Ia juga dapat dilakukan dengan cara pagelaran musik outdoor, debat di TV dan pengerahan massa dalam jumlah besar untuk menghadiri temu kader atau pun tabligh akbar. Promosi politik tidak hanya dilakukan semasa kampanye saja, tetapi harus terus menerus dan permanen.
3)             Harga (price)
Harga dalam kampanye meliputi harga ekonomi, psikologis, dan citra nasional. Harga ekonomi berkait dengan semua biaya yang dikeluarkan selama masa kampanye. Harga psikologis mengacu pada harag persepsi psikologis, misalnya apakah pemilih merasa nyaman dengan latar belakang parpol, kandidat anggota legislatif atau kandidat presiden yang diusung parpol. Harga nasional berkait demham apakah pemilih merasa bahwa parpol dapat memberi citra positif bangsa atau menjadi kebanggaan nasional. Strategi Parpol akan cenderung meminimalisasi harga politiknya (memperkecil resiko) dan memaksimalkan harga politik lawan politik (semakin beresiko). Karena pemilih akan cenderung memilih parpol yang beresiko lebih kecil.
4)             Penempatan (place
Penempatan (place) berkait erat dengan cara hadir atau distribusi sebuah institusi politik dan kemampuannya dalam berkomunikasi dengan para pemilih atau calon pemilih. Kampanye politik memang harus bisa mengidentifikasi dan memetakan struktur serta karakteristik masyarakat. Pemetaan penematan bisa dilakukan secara geografis, demografis, dan keberpihakan pemilih.
5)             Segmentasi
Segmentasi sangat memperhitungkan kelompok masyarakat yang dimasuki. Menggelar musik dangdut saat kampanye akan sangat efektif di daerah pedesaan dan grasroot secara umum, tetapi tidak sesuai jika dilakukan di tengah kalangan akademisi. Segmentasi penting dilakukan mengingat institusi politik diharapkan dapat hadir dalam berbagai karakteristik pemilih.
 BAB III
PENUTUP

3.1.       Kesimpulan
Marketing politik dalam Pemilu akan semakin intensif karena dukungan media massa. Saat ini industri media di Indonesia sangat maju pesat, sehingga memungkinkan digunakan secara intensif dalam marketing politik para kandidat baik perseorangan maupun kelompok.
Dari model penyampain produk marketik itu merupakan hal yang sangat pokok dalam political marketing diantaranya
·         Pull marketing pemasaran politik marketing melalui media massa
·         Push marketing melalui personal kandidat atau figur
·         Pass marketing pemasaran politik melalui orang ketiga ataupun teem sukses dan para tokoh penting yang dapat mempengaruhi para pemilih.
3.2.       Saran
Dalam dinamika politik modern seperti saat ini indonesia merupakan negara yang sudah mulai menjurus kepada negara yang lebih demokratis, seperti pemilihan umum baik itu
tingkat daerah maupun tingkat nasional yang berjalan dengan baik dan aman, namun kita sebagai masyarakat indonesia yang dijadikan sebagai objek dari pemilu sebaikya harus kritis dalam memilih pilihan dan jangan sampai termakan janji-janji politik penguasa, sebab kalau pilihan kita salah akan berakibat fatal untuk jangka panjang dalam hal pemerintahan yang sesuai dengan pemerintahan atau pemimpin yang kita cita-citakan selama ini.

Tuesday, October 31, 2017

Perspektif lmu Komunikasi



Perspektif lmu Komunikasi
Pengertian konsep perspektif yang dikemukakan Fisher (1978) adalah sudut pandang yang memungkinkan seseorang memperoleh pertama, gambaran tentang kebenaran umum dari pengamatan atau interpretasi, kedua, konseptualisasi realitas yang paling bermanfaat  dalam memandang suatu fenomena sosial. Fisher mengemukakan pula bahwa perspektif dapat dipahami sebagai model, pendekatan, strategi intelektual, kerangka konseptual, dan  weltanchaungen. Denzin dan Lincoln (1994) berpendapat bahwa perspektif dan paradigma bersama-sama saling menggunakan beberapa elemen. Adapun elemen-elemen paradigma adalah epistemologi, ontologi, dan metodologi.
Ilmu komunikasi adalah ilmu yang mempelajari tentang tata cara beromunikasi serta menggunakan berbagai alat komunikasi sebagai saran komunikasi terhadap masyarakat.
Adapun definisi ilmu komunikasi yang lain yaitu ilmu yang mempelajari cara-cara untuk mentransfer ide dari satu individu atau grup ke individu ataupun ke grup yang lainnya. Proses transfer itu sendiri dapat melalui media tertulis, lisan, maupun media yang lainnya. Sedangkan pengertian ilmu komunikasi menurut para ahli atau beberapa pakar dalam buku Sasa Djuarsa Sendjaja, Pengantar Ilmu Komunikasi, salah satunya yaitu Berelson & Stainer, 1964 mengatakan bahwa komunikasi adalah proses penyampaian informasi, gagasan, emosi, keahlian, dan lain-lain menggunakan simbol-simbol, seperti kata-kata, gambar, angka, dan lain-lain
Tulisan ini bertujuan memberikan pemahaman tentang teori dan perspektif dalam ranah penelitian ilmu komunikasi. Proses perkembangan teori tidak terjadi dalam vakum (terlepas dari pengaruh ruang dan waktu). Tetapi, kerangka filosofis berlaku ketika pembentukan dan pengujian teori terjadi.
Perspektif adalah kerangka konseptual; seper¬angkat asumsi-asumsi; seperangkat nilai-nilai; dan seperangkat gagasan-gagasan yang memengaruhi persepsi kita dan memengaruhi tindakan dalam suatu situasi (Charon, 1998).
Secara ontologis, pengalaman manusia merupakan segenap ujud yang dapat dijangkau
lewat pancaindera atau alat yang membantu kemampuan panca indera. Didasarkan pada landasan ontologis maka obyek yang ditelaah dalam komunikasi seni pertunjukan adalah seni pertunjukan sebagai bentuk kreativitas manusia yang dilandasi dengan pengalaman  estetis mereka. Pengalaman estetis ini tidak dapat dipukul rata karena setiap manusia  memiliki budaya yang berbeda. Budaya yang tumbuh dalam sub'kultur atau entitasentitas  yang menjadi pembeda bentuk seni yang dihasilkannya akan tumbuh melalui komunikasi Untuk itulah, komunikasi dalam seni pertunjukan akan dapat eksis karena budaya'budaya yang ada pada subkultur atau entitas itu.
Ontologi atau metafisika umum adalah cabang filsafat ilmu yang mempelajari hakikat  sesuatu (obyek) yang dipelajari ilmu tertentu. Cabang ini dijalankan untuk menghasilkan  definisi, ruang lingkup, dan teori'teori tentang ilmu yang bersangkutan. Ontologi mempelajari
hal'hal yang abstrak yang berkaitan dengan realitas (materi) yang ditelaah oleh ilmu pengetahuan sebagai obyek. Terkait dengan hal itu, komunikasi seni pertunjukan  merupakan realitas abstrak yang dapat ditelaah dengan metode'metode tertentu. Komunikasi  seni pertunjukan dapat berupa objek dari pengalaman inderawi manusia. Dalam istilah seni, hal demikian disebut sebagai pengalaman estetis. Dengan demikian, komunikasi seni pertunjukan adalah suatu pengetahuan yang dipelajari sebagai sebuah ilmu pengetahuan. Hal-hal yang tercakup dalam komunikasi seni pertunjukan sebagai ilmu pengetahuan antara lain adanya pesan'pesan (messages) antara manusia dengan seni pertunjukannya yang bersifat transmisional, transaksional, dan interaksional.
Dalam konteks ontologis dibangun definisi kerja tentang komunikasi seni pertunjukan. Dari definisi ini pula yang sekaligus mempertegas batas'batas pembeda ilmu komunikasi dengan ilmu'ilmu lainnya. Misalnya, dalam konteks peristiwa pertunjukan di mana suatu bentuk pertunjukan berhubungan dengan pesan yang dimaknai melaui media seni pertunjukan. Dalam komunikasi seni pertunjukan berkaitan pula dengan komunikasi yang bersifat transendental dengan tuhan dalam bentuk pertunjukan ritual. Pesan'pesan manusia sebagai realitas dalam seni pertunjukan dapat dikenali menurut sifat'sifatnya. Salah satu sifat yang utama adalah realitas itu dapat dicerap oleh panca indera manusia (Onong 1993). Dalam realitas ini, komunikasi dapat menjelaskan realitas komunikasi yang dapat dikonsepsi menjadi suatu teori tentang komunikasi atas berbagai fenomena, termasuk pula pada fenomena seni pertunjukan (Nina Winangsih Syam, 2002).
Secara epistemologis, komunikasi seni pertunjukan merupakan proses komunikasi yang terjadi dalam seni pertunjukan. Untuk itu, langkah bagaimana prosedur terjadinya komunikasi dalam seni pertunjukan, hal'hal apa yang harus diperhatikan agar kita mendapatkan pengetahuan yang benar tentang komunikasi di dalam seni pertunjukan sebagai suatu kebenaran pengetahuan yang menjadi kekuatan daya hidup seni. Penyelidikan asal, sifat, metode, dan gagasan pengetahuan manusia sangat penting u tuk dilakukan.
Komunikasi seni pertunjukan sebagai realitas merupakan pengetahuan. Disebut pengetahuan karena diperoleh dari kegiatan mental manusia (kesadaran) berpikir dan berkontemplasi tentang realitas itu yang diwujudkan dalam bentuk seni pertunjukan. agar dapat disebut sebagai pengetahuan ilmiah (ilmu pengetahuan), maka realitas sebagai pengetahuan harus disusun secara benar menurut metode tertentu. Intinya, cabang kedua filsafat ilmu ini memungkinkan pengetahuan manusia menyangkut realitas komunikasi seni pertunjukan dapat dipelajari sebagai sebuah ilmu pengetahuan. Kenyataan itu terjadi pada ilmu komunikasi sendiri yang telah mengembangkan berbagai model dan metode, sekalipun diakui belum ada teori umum (grand theory) yang dapat menjadi payung terhadap semua model dan motode dalam pendekatan komunikasi (Nina Winangsih Syam, 2002).
Secara Aksiologis, komunikasi seni pertunjukan merupakan interaksi nilai'nilai dalam segenap wujud pengetahuan secara moral yang ditujukan untuk kebaikan hidup manusia.Landasan ini memberikan kita pada pemahaman nilai guna seni. Melalui komunikasi seni pertunjukan, fungsi'fungsi, nilai'nilai dan makna seni diberdayakan sebagai suatu keberfungsian seni dalam masyarakat, baik sebagai hiburan, ajaran moral dan agama, pewarisan budaya, politik dan ekonomi.Dalam perkembangan ilmu komunikasi, kenyataan adanya komunikasi seni pertunjukan dapat disaksikan dalam beberapa peristiwa pertunjukan. Melalui perspektif komunikasi, seni pertunjukan memiliki nilai bagi para pelakunya. Melalui komunikasi seni pertunjukan, ideologi mereka dibentangkan lewat tarian Cakalele. Ontologi, epistemologi, dan aksiologi dalam komunikasi seni pertunjukan merupakan aspek kajian yang penting sebagai bagian dari cara pandang filsafat ilmu. Berkaitan dengan komunikasi seni pertunjukan, terdapat aspek lain yang penting, yaitu komponen pikir yang berdasarkan atas filsafat ilmu, yang meliputi; etika, logika dan estetika. Penyatuan antara aspek kajian dan komponen pikir tersebut melahirkan ethos, pathos, dan logos sebagaimana pemikiran Aristoteles yang menjadi sumbu pemikiran filosofis. Ethos mengajarkan para ilmuwan tentang pentingnya rambu'rambu normatif dalam pengembangan ilmu yang merupakan kunci utama bagi hubungan antara produk ilmu dan masyarakat pengguna.
Pathos merupakan komponen yang menyangkut masalah afeksi atau emosi atau rasa yang ada dalam diri manusia sebagai mahluk yang selalu mencintai keindahan dan penghargaan, sehingga tidak menjadi mahluk yang kaku dan monoton. Sementara logosmerupakan komponen yang membimbing ilmuwan untuk mengambil suatu keputusan yang didasarkan atas pemikiran yang bersifat nalar dan rasional (Nina W. Syam, 2002).

Friday, October 27, 2017

Permintaan Tenaga Kerja



Permintaan Tenaga Kerja
Permintaan tenaga kerja dalam jangka pendek mengkondisikan perubahan menerima harga jual produk dan tingkat upah yang diberikanp. Dalam mengkombinasikan penggunaan modal dan tenaga kerja untuk menghasilkan output, perusahaan tidak mampu merubah kuantitas modal yang akan digunakan dan hanya bisa menambah penggunaan tenaga kerja untuk meningkatkan output. Dalam memperkirakan berapa tenaga kerja yang perlu ditambah, perusahaan akan melihat tambahan hasil marginal dari penambahan seorang karyawan tersebut. Selain itu, perusahaan akan menghitung jumlah uang yang akan diterima dengan adanya tambahan hasil marginal. Jumlah uang yang dinamakan penerimaan marginal (VMPPL) yaitu nilai dari MPPL dikalikan dengan harga per unit barang. (simanjuntak, 1998).Jumlah biaya yang dikeluarkan pengusaha sehubungan dengan mempekerjakan mempekerjakan tambahan seorang karyawan adalah upahnya sendiri (W) dan dinamakakn biaya marginal (MC). Bila tambahan penerimaan marginal (MR) lebih besar dari biaya mempekerjakan seorang yang memnghasilkan (W), maka mempekerjakan tambahan orang tersebut akan menambah keuntungan pengusaha. Dengan kata lain dalam rangka menambah keuntungan, pengusaha senantiasa akan terus menambah jumlah karyawan selama MR lebih besar dari MC.
Dari teori perilaku produsen diketahui bahwa posisi keuntungan maksimum (posisi keseimbangan) produsen tercapai apabila memenuhi syarat:
MR = MC 
Dalam hal ini MR merupakan nilai rupiah produksi marginal yang diperoleh dari mengalikan harga produk yang berlaku dengan produksi marginal. Sehingga dapat dibuat persamaan sebagai berikut :
VMP = P.MPTK 
Jumlah nilai VMP menggambarkan tambahan pendapatan yang diterima oleh pengusaha bila menambah penggunaan tenaga kerja satu unit lagi. Bila perusahaan menggunakan garis wage rate sebagai dasar maka tambahan biaya yang harus dibayar perusahaan adalah sama dengan tingkat upah (W) berfungsi sebagai MC adalah W , sehingga posisi optimal adalah :
VMP = W 
Jadi dalam rangka menambah keuntungan, pengusaha akan terus menambah jumlah karyawan selama MR lebih besar dari pada W , sehingga dapat digambarkan sebagai berikut:
Pengusaha dapat terus menambah laba perusahaan dengan memperkerjakan tenaga kerja hingga ON. Di titik N pengusaha mencapai laba maksimum dan nilai MPTK x P sama dengan upah yang dibayarkan pada karyawan. Dengan kata lain pengusaha mencapai laba maksimum bila MPTK x P = W . Penambahan tenaga kerja yang lebih besar dari pada ON, misalnya OB maka akan mengurangi keuntungan pengusaha. Pengusaha membayar upah pada tingkat yang berlaku (W), padahal hasil nilai marginal yang diperolehnya sebesar W2 yang lebih kecil dari pada W. Jadi pengusaha cenderung untuk menghindari jumlah karyawan yang lebih besar dari pada ON. Penambahan karyawan yang lebih besar dari ON dapat dilaksanakan hanya bila pengusaha yang bersangkutan dapat membayar upah dibawah W atau pengusaha dapat menaikkan harga jual barang.



Penawaran Tenaga Kerja
Penawaran tenaga kerja adalah jumlah tenaga kerja yang dapat disediakan oleh pemilik tenaga kerja pada setiap kemungkinan upah dalam jangka waktu tertentu.
Tradeoff antara Kerja dan Waktu Luang
Tradeoff adalah situasi dimana seseorang harus membuat keputusan terhadap dua hal atau mungkin lebih, mengorbankan salah satu aspek dengan alasan tertentu untuk memperoleh aspek lain dengan kualitas yang berbeda. Kurva penawaran tenaga kerja mencerminkan bagaimana keputusan para pekerja mengenai tradeoff antara tenaga kerja dan waktu luang merespons perubahan biaya kesempatannya. Kurva penawaran tenaga kerja yang kemiringannya positif menandakan bahwa masyarakat merespons peningkatan upah dengan cara menikmati waktu luang yang lebih sedikit dan jam kerja yang lebih banyak.
Adapun beberapa hal yang menyebabkan kurva penawaran tenaga kerja mengalami pergeseran adalah sebagai berikut:
1.    Perubahan Selera
Salah satu faktor yang mempengaruhi adalah perubahan selera, atau sikap terhadap pekerjaan. Pada tahun 1950 merupakan hal yang wajar apabila seorang wanita hanya tinggal di rumah sambil mengasuh anak, tetapi saat ini lebih banyak ibu rumah tangga yang memilih untuk bekerja, dan akibatnya terjadilah peningkatan penawaran tenaga kerja.
2.    Perubahan Kesempatan Alternatif
Penawaran tenaga kerja pada setiap pasar tenaga kerja bergantung pada kesempatan yang tersedia pada pasar tenaga kerja lainnya.
Contoh:
Apabila upah yang diperoleh para pemetik buah pir tiba-tiba meningkat, sebagian penetik buah pir mungkin memilih untuk beralih ke pekerjaan lain. Penawaran tenaga kerja pada pasar pemetik buah pir mengalami penurunan.
3.    Imigrasi
Perpindahan pekerja dari suatu wilayah ke wilayah lain, atau dari suatu negara ke negara lain, merupakan penyebab nyata dari pergeseran penawaran tenaga kerja.
Contoh:
Ketika para imigran dating ke AS, penawaran tenaga kerja di AS meningkat dan penawaran tenaga kerja di Negara asal para imigran akan menurun.
Sumber:
Pratama Diyan, (2012). Analisis Pertumbuhan Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kecil Di Kabupaten Jepara. Skripsi S1, Program Sarjana Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro Tahun 2012.

Makalah Marketing Politik

Makalah Marketing Politik KATA PENGANTAR Puji dan syukur kehadirat Allah yang maha kuasa yang telah memberikan rahmat dan hi...